KOMPAS.TV - Iran membalas serangan Amerika Serikat dengan membombardir pangkalan militer Amerika Serikat di Doha, Qatar. <br /> <br />Sementara itu, aksi unjuk rasa dilakukan sejumlah aktivis, di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di London, pada Senin (23/6/2025) pagi waktu setempat. <br /> <br />Mereka mengecam serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran, yang terjadi pada Minggu (22/6/2025) pagi. <br /> <br />Aktivis menyebut, serangan Amerika Serikat sebagai provokasi berbahaya di tengah negosiasi nuklir dengan Iran. Mereka menilai, negosiasi hanya dijadikan kedok untuk melancarkan serangan militer. <br /> <br />Tujuh pesawat pembom siluman B-2 milik Amerika Serikat telah kembali ke Pangkalan Udara Whiteman, di Missouri, Amerika Serikat, usai menyelesaikan misi serangan jarak jauh ke Iran. <br /> <br />Kelompok pertama yang terdiri dari empat pesawat berputar mengelilingi pangkalan sebelum mendekati landasan pacu. Kelompok terakhir yang terdiri dari tiga pesawat tiba dalam waktu 10 menit. Pesawat-pesawat itu menjatuhkan 14 bom penghancur bunker seberat 15 ton ke sejumlah fasilitas nuklir penting Iran, di Fordow, Natanz, dan Isfahan. <br /> <br />Amerika Serikat juga mengerahkan sejumlah kapal induk ke kawasan Timur Tengah. Salah satunya kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz, yang dipindahkan dari Laut Cina Selatan ke Timur Tengah. <br /> <br />Kapal ini mampu menampung lebih dari 6.000 personel, termasuk kru kapal dan awak pesawat. Kapal ini memiliki bobot 102 ribu ton. <br /> <br />Kapal ini masih berada di kawasan Timur Tengah untuk bersiaga di tengah makin panasnya konflik IranIsrael. <br /> <br />Baca Juga [FULL] WNI di Iran Cerita Alami Gangguan Tidur Saat Teheran Diserang Rudal Israel di https://www.kompas.tv/internasional/601430/full-wni-di-iran-cerita-alami-gangguan-tidur-saat-teheran-diserang-rudal-israel <br /> <br />#iran #amerikaserikat #militer #israel <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/601431/full-iran-serang-pangkalan-militer-as-di-qatar-analis-pertahanan-kekuatan-iran-belum-habis